Selamat Datang di Koharudin Blog's ...
Berbagi Ilmu Yang Bermanfaat itu Indah dan Berpahala

Pengunjung Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 07 Desember 2011

Perkembangan Manusia dan Kependidikan_Kapita Selekta Pend. SD

PERKEMBANGAN MANUSIA DAN KEPENDIDIKAN
Kegiatan belajar 1: Hakikat Manusia dan Perkembangannya

A.     HAKIKAT MANUSIA
Manusia adalah mahluk hidup yang tertinggi serta mempunyai akal dan budi. Eksistensi/keberadaan manusia mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 4 yang berbunyi sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, sera rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tiga Eksistensi manusia Indonesia:
1.      Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Pada hakikatnya manusia sebagai mahluk yang ber-Tuhan atau Homo Religius. Agar eksistensi manusia sebagai mahluk Tuhan dapat terwujud maka Pendidikan agama dimulai dari keluarga. Penanaman kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimulai sejak bayi dilahirkan berlangsung terus melalui pembentukan berbagai kebiasaan, seperti sembahyang, berdoa sebelum tidur atau makan, membersihkan tempat ibadah dan lain-lain.
Setelah anak masuk sekolah, kepercayaan dan keyakinan dibina melalui pendidikan agama. Di mana dalam pegaulannya di masyarakat kegiatan keagamaan terus berkembang.
Sebagai mahluk Tuhan, manusia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Mengakui kebesaran dan keagungan Tuhan yang diwujudkan dengan berbagai cara.
b.      Menyadari bahwa dunia serta isinya adalah ciptaan Tuhan
c.       Manusia dianugerahi akal dan budi yang dpat dikembangkan secara maksimal
d.      Manusia memiliki keterbatasan yang kadang sukar dijelaskan
Ciri-ciri tersebut dapat kita amati dalam berbagai perilaku manusia dalam kesehariannya.

2.      Manusia sebagai Mahluk Individu/Pribadi
Sebagai mahluk pribadi, setiap manusia memiliki karakteristik yang khas dan berbeda. Aristoteles mendefinisikan manusia sebagai rational animals atau homosapien, yaitu mahluk berakal yang mampu berpikir. Dengan demikian menurut (Ryan & Coope, 1984, p. 72) yang membedakan seorang manusia dari binatang adalah akalnya atau inteleknya/kepintarannya, bukan tubuh, emosi dan bukan pula instink. Pandangan tentang hakikat manusia berubah dengan munculnya aliran progresif yang bertitik tolak dai pemikiran John Dewey, yang menyatakan bahwa alam dengan segala isinya sebagai sesuatu yang selalu berubah. Manusia dianggap sebagai problem solver, pemecah masalah, secara alamiah selalu ingin melakukan eksplorasi dan penyelidikan. Ini menyadarkan kita selaku pendidik bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan, kepribadian dan fisik yang berbeda-beda, sehingga tidak mungkin menuntut prestasi yang sama dari semua siswa didik kita.

3.      Manusia sebagai Mahluk Sosial
Manusia sebagai mahluk sosial atau homosocius yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam berbagai kepentingan. Interaksi pertama terjadi dalam keluarga, kemudian meluas kepada lingkungan sekitar, sekolah dan masyarakat luar. Kebutuhan bersosialisasi merupakan kebutuhan yang hakiki/mendasar bagi manusia.

B.     HAKIKAT PERKEMBANGAN MANUSIA
1.      Pengertian Perkembangan
Tidak semua perubahan dapat disebut perkembangan. Suatu perubahan disebut perkembangan jika terjadi secara teratur, berlangsung dalam waktu lama, serta mengarah pada hal yang baik, lebih teratur, lebih efektif atau lebih kompleks.
2.      Prinsip Umum Perkembangan
Terdapat tiga prinsip umum perkembangan manusia yang diakui oleh para ahli (Woolfolk, p. 26-27) yaitu sebagai berikut:
a.       Manusia berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda
Prinsip ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan siswa di kelas, dimana ada yang masih kekanak-kanakan, ada yang bersikap dewasa, ada yang badannya cepat besar atau pendek dan sebagainya.
b.      Perkembangan berlangsung secara relatif teratur
Manusia berkembang dari kemampuan yang awal (sederhana) kepada kemampuan yang lebih tinggi. Pembuktiannya diantaranya anak bisa duduk sebelum bisa berjalan, bayi meraba sebelum bisa bicara, anak tidak bisa membaca menjadi bisa membaca, dan sebagainya.
c.       Perkembangan terjadi secara berangsur-angsur
Artinya perubahan memerlukan waktu yang memadai. Sangat jarang terjadi perubahan yang terjadi dalam waktu sekejap. Pembuktiannya, saat siswa diberikan pertanyaan, ternyata siswa tersebut ada yang belum bisa menjawab pertanyaan tersebut.
3.      Aspek pekembangan manusia
Menurut Woolfik, 1993, perkembangan manusia dibedakan atas 4 aspek diantaranya yaitu:
a.       Perkembangan Fisik, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh manusia
b.      Perkembangan Kepribadian, yaitu perubahan yang berkaitan dengan kepribadian
c.       Perkembangan Sosial, yaitu perubahan yang terjadi dalam interaksi manusia dengan orang lain
d.      Perkembangan Kognitif/Intelektual, yaitu perubahan yang terjadi pada kemampuan berpikir



Kegiatan Belajar 2: Tripusat Pendidikan

A.     PENGERTIAN DAN HAKIKAT
Konsep tripusat pendidikan dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu prinsip pendidikan Taman Siswa. Tripusat pendidikan merupakan tiga tempat yang dianggap menjadi pusat berlangsungnya pendidikan, baik formal, nonformal maupun informal. Ketiga tempat tersebut adalah keluarga (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Berdasarkan hal ini secara tegas dalam TAP MPR RI No. IV/MPR/1978 tentang GBHN menyebutkan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan dalam UUSPN (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional) Bab IV, disebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilakukan melalui dua jalur, yaitu jalur sekolah dan jalur luar sekolah. Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus, LPK.

B.     KELUARGA SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN
Peran keluarga dalam pembentukan kemampuan anak diantaranya:
1.      Pembentukan Pengetahuan (Kognitif)
Keluarga mempunyai peran yang besar dalam pembentukan pengetahuan anak. Anak mulai belajar mengenal benda-benda yang ada di sekitarnya. Ketelitian dan keterlibatan anggota keluarga untuk mengajarkan nama dan fungsi benda yang ada di rumah yang akan sangat membantu meningkatkan pengetahuan anak. Dalam masa sekolah, keluarga juga mempunyai pengaruh besar dalam membantu anak mengembangkan pengetahuan yang dipelajarinya dari sekolah,diantaranya kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan kemampuan dasar yang pertama kali dipelajari anak di sekolah.

2.      Pembentukan Keterampilan
Keterampilan sebagai hasil pendidikan dikelompokkan menjadi 3 yaitu:  keterampilan motorik (kecekatan melakukan sesuatu yang mempersyaratkan gerakan tubuh atau anggota badan), keterampilan intelektual/Kognitif (menerapkan pengetahuan dalam kehdupan praktis sehari-hari) dan keterampilan sosial (kemampuan berinteraksi sosial atau bergaul tanpa merasa canggung)

3.      Pembentukan Sikap, Nilai dan kepribadian
Pembentukan Sikap, Nilai dan kepribadian berakar sangat kuat dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan pasal 10 Bab IV UUSPN yang menyatakan bahwa “Pendidikan Keluarga merupakan jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan”.
Latar belakang dan kondisi keluarga yang berbeda akan menimbulkan berbagai variasi dalam kebiasaan anak

C.     SEKOLAH SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN
Sekolah sebagai pusat pendidikan juga harus mengusahakan berbagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam praktekn dalam mengajar,  tujuan pendidikan nasional sudah kita laksanakan saat mengajar, misalnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara individual atau kelompok, meminta mereka menyerahkan hasil pekerjaan tepat waktu, mendorong siswa mengemukakan pendapat tentang topik diskusi.

D.    MASYARAKAT SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN
Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah pendidikan luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Bentuk pendidikan seperti ini dapat berupa kursus, kelompok belajar atau latihan keterampilan. Kondisi masyarakat yang bervarasi akan menimbulkan pengaruh yang bervariasi pula pada diri anak, terutama pada sikap dan kebiasaan anak.


Kegiatan Belajar 3: Dasar-dasar Pembelajaran Anak Didik

A.     PRINSIP HOLISTIK PERKEMBANGAN ANAK DIDIK
Prinsip Holistik adalah prinsip dimana anak memandang sesuatu secara keseluruhan. Anak usia SD  menghayati pengalamannya sebagai totalitas tentang hal-hal yang bersifat konkret. Prinsip Holistik perkembangan anak mengisyaratkan bahwa anak belum mampu menghayati lingkungannya secara terpilah-pilah. Kemampuan berpikir anak akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan psikologisnya.

B.     KEBUTUHAN ANAK DAN PENDIDIKAN
Kebutuhan anak dapat dilakukan dengan pengemasan pengalaman belajar yang dapat dirinci sebagai berikut
1.      Anak kelas awal SD membutuhkan pengalaman belajar yang bersifat konkret. Misalnya dengan permainan pesan atau peragaan lain misalnya gamba atau permodelan.
2.      Anak kelas awal SD membutuhkan pengalaman belajar yang memungkinkan mereka mengutak-atik atau memanipulasi sesuatu. Misalnya memilah-milah biji-bijian dalam pelajaran berhitung, melipat kertas, mengubah susunan kubus, memasang gambar, mengurutkan kartu huruf atau kartu kalimat.
3.      Anak kelas awal SD membutuhkan pengalaman belajar yang merupakan satu keterpaduan, bukan dipilah-pilah secara ketat dalam berbagai bidang ilmu. Misalnya bercerita yang bermakna yang dikemas dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami anak

Hal-hal yang harus diperhatikan agar pengalaman belajar yang telah kita kemas dapat dihayati anak secara efektif, diperlukan kondisi yang membuat belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Anak memerlukan model akan teladan yang memadai. Kebutuhan ini berkaitan dengan sifat anak (di kelas awal SD) dimana anak akan mempertahankan apa yang dikatakan gurunya diharapan orang tuanya.
2.      Anak memerlukan kesempatan yang memadai untuk mengulang contoh yang dberikan. Misalnya kebiasaan mengucapkan salam atau terima kasih.
3.      Anak memerlukan dorongan atau motivasi yang dapat memacu untuk belajar lebih baik.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka perlu diperhatikan dalam memotivasi anak untuk belajar lebih baik diantaranya:
a.       Ciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan cara membangun hubungan yang akrab dan sehat dengan siswa
b.      Kembangkan pengalaman belajar yang sesuai dengan karakteristik siswa
c.       Tanamkan kepercayaan pada diri anak, bahwa mereka mampu mengerjakan sesuatu dengan pujian atau hal lain.
d.  Hindari respon negatif, misalnya caci maki, kata-kata kasar atau tatapan mata yang menantang, bermusuhan yang membuat anak frustasi, kehilangan kepercayaan diri dan trauma yang permanen pada diri anak.












KAPITA SELEKTA KEPENDIDIKAN SD
MODUL 1: PERKEMBANGAN MANUSIA DAN KEPENDIDIKAN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah  Kapita Selekta Kependidikan SD
Dosen : Drs. Adang Sudarman M. Pd.

Oleh :
                                                                  Nama      : Koharudin
                                                                  NIM       : 091641307
                                                                 Semester  : VII (Tujuh)


 
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
PROGRAM STUDI S1 PGSD
Jl. Tuparev No. 70 Cirebon
2011
separador

0 komentar:

Posting Komentar

"Dimohon berkomentar dengan santun & tidak menyinggung SARA"